Menurut saya Definisinya seperti itu, benarkan definisinya seperti itu corect me if I'm wrong.
Setahu saya gak ada aturan yang menyebutkan jarak minimal yang bisa disebut "mudik". jadi , klo ada yang mudik Cuma pindah dari RT 1 ke RT 2 doank itu bisa dibilang mudik juga dan Itu berarti mudik dengan jarak tempuh 10 km (seperti yang sama alami) masih bisa dibilang mudik juga. Iya kan??
Mudik tahun ini sama kayak lebaran tahun- tahun lalu. Solat ied dirumah dan baru pada hari kedua mudik kerumah nenek dari mamah yang jaraknya dekat itu; kurang lebih 10 km jarak dari rumah(baleendah) ke kiara condong, gatsu #miris
Jadi dari lahir sampai sekarang saya belum pernah ngerasain gimana rasanya macet dijalan, serunya menempuh jarak ratusan kilometer. Jadi kadang ngerasa iri juga yang punya kampung halaman yang jauh..
Sepertinya definisi mudik mengalami pergeseran bagi saya, terutama dalam hal pemasukan (THR) dan sebuah kegalauan. dimana mudik merupakan pertemuan dari jalinan silaturahmi yang bahkan sulit dilakukan dihari biasa, tapi khusus dihari lebaran, sepertinya semua begitu mudah untuk merancang sebuah pertemuan..
Dari pertemuan yang jarang terjadi itu berbanding lurus dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yang membuat kita berkeringat dingin ketika menjawab, mungkin sedikit terbata-bata juga dalam menjawabnya.. Hingga akhirnya menimbulkan efek samping sebuah "kegalauan"
Aslinya, kenapa pertanyaannya jadi begini, apa karena jarang ketemu jadi pertanyaanya seperti ini? Perasaan waktu kecil ditanyanya gak ribet-ribet..
"kapan lulus kuliah?"
Atau
"nanti kerjanya jadi apa?"
Dan yang lebih menyeramkan
"udah punya pacar blum?"
Saudara- saudara mamah adalah kubu yang paling sering menanyakan itu.. Hmmm.. sebegitu penting ya jawaban dari pertanyaanya itu buat mereka??
Yup itu pengalaman lebaranku tahun ini. Klo kamu gimana?
-lebaran1432H-
gambar diambil dari google
No comments:
Post a Comment