hasil Kerja lapangan tanggal 10-15 Mei 2010 dan berlokasi Pantai Barat Cagar Alam Pangandaran , Ciamis, Jawa Barat. berikut 4 jenis mikro alga yang berpotensi sebagai biodisel.
Jumlah mikroalga yang banyak ditemukan yaitu Tricodesmium,
1) Tricodesmium sp
Taksonomi:
Kindom Plantae
Phylum Cyanophyta
Class Cyanophyceae
Order Oscillatoriales
Family Osciallatoriaceae
Genus Trichodesmium
Spesies Trichodesmium sp.
Taksonomi: berdasarkan buku the marine plankton of japan (1979)
Trichodesmium merupakan jenis mikroalga hijau biru, dimana pigmen biru lebih dominan dibanding pigmen klorofilnya. Banyak spesies dari trichodesmium tersebut: Trichodesmium erythraeum, Trichodesmium contortum, trichodesmium thiebautii. Trichodesmium hildebrantii. (marine planton). Dari spesies yang ditemukan belum dapat diidentifikasi lebih jauh termasuk kedalam spesies mana.
Beberapa spesies dari Trichodesmium termasuk fitoplankton yang sangat penting perananya baik dalam rantai makanan maupun peranannya dalam siklus biogeokimia. Genus Trichodesmium terkenal dalam kemampuannya memfiksasi nitrogen “fixer nitrogent”. Trichodesmium, merupakan salah satu spesies yang terkenal dalam pemecah masalah nitrogen yang paling baik. Trichodesmium memiliki enzim khusus, yang disebut nitrogenase, untuk memutus ikatan triple gas nitrogen dan mengubahnya menjadi bentuk lain sehingga dapat dimanfaatkan makhluk lainnya (Kathryn Eident ,2010)
Cirri umum dari Trichodesmium yang dapat terlihat saat diamati di bawah mikroskop yaitu spesies ini berupa berbentuk filament, dengan segment segment rapat pada setiap filamentnya. Dan tiap ujungnya berbentuk menyerupai kapsul. spesies ini banyak ditemukan didaerah terumbu karang dan biasa menempel pada terumbu karang dan juga mengapung di dalam perairan.
2) Coscinodiscus sp
Kingdom Plantae
Phylum Bacillariophyta
Class Bacillariophyceae
Order Centrales
Family Coscinodiscaea SCHODER
Genus Coscinodiscus
Spesies Coscinodiscus sp,
Taksonomi: berdasarkan buku the marine plankton of japan (1979)
Spesies ini mudah dikenali dikarenakan morfologinya yang bulat dan terlihat jelas dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x, tapi untuk dapat diketahui sampai identifikasi spesies perlu menggunakan mikroskop khusus. Hidup soliter,
3) Ceratium sp
Taksonomi:
Kingdom Plantae
Phylum Pyrrophyta
Class Dinophiceaea
Order Dinoflagellida
Family Dinohysidae
Genus Ceratium
Spesies Ceratium sp.
Ceratium macroceros
Ceratium kofoidii
Taksonomi: berdasarkan buku the marine plankton of japan (1979)
Ceratium merupakan genus dari phylum pyrrophyta. ciri khas dari genus ini yaitu memiliki 2 flagel dan perbedaan dari tiap jenis ditentukan dari morfologi dari flagelnya tersebut. Genus ini berpotensi sebagai biodiesel.
4) Triceratium
Taksonomi:
Kingdom Plantae
Phylum Bacillariophyta
Class Bacillariophyceae
Order Centrales
Family Biddulphiaceae
Genus Triceratium
Spesies Triceratium sp
Taksonomi: berdasarkan buku the marine plankton of japan (1979)
Genus Triceratium ditemui pada Perairan pantai barat. Genus ini memiliki cirri- ciri morfologi berbentuk segitiga.
Hasil Analisis
Dari 26 spesies yang berhasil diidentifikasi, sebagian besar merupakan 80 % merupakan kelompok Bacillariophyta, sedangkan sisanya merupakan kelompok dari cyanophyta dan Phyrrophyta. Kelompok bacillariophyta terdiri dari diatom uni seluler maupun berkoloni.
Menurut Sachlan (1972), mikroalga yang hidup pada kisaran salinitas diatas 20%0 sebagian besar merupakan plankton dari kelompok Bacillariophyta. Keadaan tersebut menurut Riley (1967), berkaitan dengan kondisi perairan yang mendukung kehidupan organism terutama keadaan salinitas dan ketersediaan unsur hara. Menurut Yudilasmo (1996) dalam Arsil (1999), Bacillariophyta atau Bacillariophyceae lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya dan merupakan kelompok mikroalga yang disenangi oleh ikan dan larva udang (Dianthani, Dhani.2003).
Mikroalga dari Golongan Bacillariophyta yang banyak ditemukan pada suatu jenis perairan menandakan bahwa kondisi perairan tersebut merupakan perairan basa yang unsur haranya sedang. Sedangkan perairan yang dalam kondisi basa tetapi kaya akan unsur hara akan banyak ditemukan alga dari golongan cyanophyta (KAI,2008). Kondisi pantai barat yang memiliki pH 8 (kondisi basa), memungkinkan dalam ditemukannya jenis Bacilliriophyta lebih banyak.
Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel yaitu lokasi yang daerah terumbu karang yang merupakan lokasi yang sering digunakan dalam melakukan diving. Menurut analisis yang telah dilakukan oleh seorang praktikan (husnul), menyebutkan bahwa daerah terumbu karang tersebut memiliki nilai kondisi 63,93%, hal tersebut menunjukan bahwa kondisinya dalam cukup baik,hal tersebut ditandai dengan masih banyaknya jenis mikroalga di daerah tersebut.
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan dari mikroalga tersebut. Salinitas, suhu air dan pH kemungkinan dapat berubah dan bisa disebabkan oleh pasang surut, biasanya diakibatkan adanya perputaran air yang dibawa oleh ombak.
Pada malam hari sempat beberapa kali terjadi hujan. Hujan membawa air tawar masuk ke dalam air laut dan bisa menurunkan salinitas sedangkan penguapan yang sangat tinggi pada siang hari menyebabkan naiknya kembali salinitas dan dapat mempengaruhi kesuburan alga yang ditunjang oleh nitrat dan fosfat rendah.
No comments:
Post a Comment