Pertemuan dengan seorang bapak di sebuah elf dalam rangka sebuah perjalanan pulang di sore hari pukul 19.30 waktu jati nangor. Pertemuan itu terjadi bukan karena gara-gara saya ketinggalan bis terakhir, bukan pula salah hujan gerimis sehingga saya harus terburu-buru menaikki elf yang sedang ngetem itu, dan bukan kesalahan bapak itu, kenapa ia naik elf yang akan saya tumpangi. Pertemuan ini terjadi karena memang sudah menjadi takdir..
(masuk dalam elf lalu duduk di kursi kosong sebelah bapa itu)
"mau kemana neng" sapa sekaligus tanya bapak itu.
"ini ke leuwi panjang kan pak?"
"iya"jawaban singkat dari bapak itu.
"pulang kerja atau sekolah" tanya bapak itu lagi
wow ternyata pertanyaan bapa itu terus berlanjut, menyeramkan..T____T . Percakapan dengan orang asing dalam elf memang patut diwaspadai apalagi situasi dalam elf ketika itu lampu remang-remang. tapi klo dilihat dari raut wajah, bapak ini baik. tapi tetap saja harus waspada * timbul pergejolakan dalam hati
"iya pak, baru pulang sekolah" jawabanku harus singkat supaya tidak mengundang obrolan yang panjang
" sekolah dimana" tanya bapak itu lagi (tuh kan naya mulu.. apa gak usah dijwab kali ya?)
" di Unpad" jawaban singkat dari saya
"oh..
sejenak ada kehening,, trus si bapa kembali bertanya
" udah semester berapa?"
"tingkat akhir" (plis jangan nanya lagi.. plis jangan nanya lagi, ayolah apa saya harus pura-pura tidur?)
"oh ya, berarti sebentar lagi.."
"iya pak"
"jaman sekaran mah emang harus kuliah D3, S1, yah minimal gak SMA..sodara bapak juga ada selesai kuliah di uninus, trus jadi dosen disana, terus sekarang anaknya juga kuliah di uninus
"oh.." jawabku
aku hanya bisa meng "oh kan saja
hening kembali.. jangan tanya.. jangan tanya..-kataku dalam hati
"punya berapa sepupu?"
"ha' apa pak?" (pura-pura budeg,- seengaknya terkesan tidak terlalu fokus sama obrolan bapak itu)
"adik, kakak?"
"oh.. klo adik 2, satu kakak"
"oh jadi sama neng jadi ber 4?"
"iya"
" punya 4 orang anak di jaman sekarang bukan sesuatu yang mudah tanggungan hidupnya. harus selalu ingat ke orang tua, klo bisa harus bisa mengembalikan uang sekolah ketika SD, SMP..
(wew si bapa curhat, tentang perasaan para ortu. tapi setidaknya kata-kata bapa itu representatif dari perasaan orang tua. orang tua saya saja gak pernah mengeluh didepan kami (anak-anaknya) gimana susahnya membesarkan kami ber 4. pernyataan bapa tersebut menjadikan saya sadar perasaan orang tua dirumah. teringat klo dirumah saya masih suka ngeluh- ngeluh sama orang tua, minta ini minta itu)
perjalanan sudah hampir setengahnya. Hah kapan saya tidur klo gitu..bapa itu kemudian kembali membuka percakapan kembali.
"jaman sekarang mah, harus pandai- pandai bergaul, apa lagi perempuan. neng kelahiran tahun berapa?'
"tahun 88"
"yah kelahiran tahun segitu masih panjang perjalanannya. mulai dari sekarang perbanyak pergaulan yang positif, datang kepengajian (kok bapak tahu klo saya jarang ke pengajian). mulai berpikiran tua, segala seuatu dipikirkan matang-matang, dicerna dulu.. (wuah.. apa maksud bapa saya harus berpikiran dewasa? emang saya masih kelihatan sepeti bocah ya pak? hehe). jaman sekarang banyak laki-laki yang tidak bertanggung jawab"
Statement bapak tersebut seolah membuka kartu. coba bandingkan jika pernyataan kata- kata jaman sekarang banyak laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu keluar dari pernyataan seorang perempuan. Mungkin saja yang dimaksud perempuan itu adalah karena teman-teman lelaki yang dikenalnya sebagian besar seperti itu. beda hal nya jika statement itu keuar dari kaum lelaki sendiri, hal itu menjadi berkesan sebuah pernyataan membuka kartu tentang bagaimana keadaan kaumnya itu sebernarny,dan itu berarti ke validannya susah terbukti benar.pokoknya pernyataan itu menjadi sesuatu banget lah..(baik pak pesan bapak yang satu ini dengan senang hati akan saya ingat baik-baik :p)
ingin rasanya balik bertanya walau sekedar basa- basi dan menjaga kesopanan misalnya, bapak mau kemana? bapak punya berapa anak? tapi rasa takut terhadap orang asing mewajibkan saya agar selalu waspada.
tanpa sempat saya memutuskan apakah saya harus bertanya apa tidak. bapak itu kembali memulai percakapan.
" pesan bapa mah, jangan tinggalin solat yang 5 waktu, tahajud, sama sering-sering pusa senin kamis, insyaAllah klo ada kesulitan pasti dimudahkan"
usai ucapan terakhir itu, elf pun sampai dikawasan buah batu..keheningan dalam elf kini mulai merayap hingga tiba waktunya saya harus turun.
"mari pak duluan" (mau tidak mau saya harus mengucapkannya demi kesopanan dalam bersosialisasi)
"oh iya silahkan"
kami pun berpisah.
Jadi merasa bersalah kepada bapak itu karena selama perjalanan tadi saya mencurigainya. Tapi apa boleh buat terhadap orang asing memang wajib diwaspadai..hehe. dan walaupun saya tidak secara lisan mengucapkannya, tapi saya di dalam hati saya berterimakasih atas petuah bapak, semoga bapak tersebut selamat sampai di tujuan.,
(masuk dalam elf lalu duduk di kursi kosong sebelah bapa itu)
"mau kemana neng" sapa sekaligus tanya bapak itu.
"ini ke leuwi panjang kan pak?"
"iya"jawaban singkat dari bapak itu.
"pulang kerja atau sekolah" tanya bapak itu lagi
wow ternyata pertanyaan bapa itu terus berlanjut, menyeramkan..T____T . Percakapan dengan orang asing dalam elf memang patut diwaspadai apalagi situasi dalam elf ketika itu lampu remang-remang. tapi klo dilihat dari raut wajah, bapak ini baik. tapi tetap saja harus waspada * timbul pergejolakan dalam hati
"iya pak, baru pulang sekolah" jawabanku harus singkat supaya tidak mengundang obrolan yang panjang
" sekolah dimana" tanya bapak itu lagi (tuh kan naya mulu.. apa gak usah dijwab kali ya?)
" di Unpad" jawaban singkat dari saya
"oh..
sejenak ada kehening,, trus si bapa kembali bertanya
" udah semester berapa?"
"tingkat akhir" (plis jangan nanya lagi.. plis jangan nanya lagi, ayolah apa saya harus pura-pura tidur?)
"oh ya, berarti sebentar lagi.."
"iya pak"
"jaman sekaran mah emang harus kuliah D3, S1, yah minimal gak SMA..sodara bapak juga ada selesai kuliah di uninus, trus jadi dosen disana, terus sekarang anaknya juga kuliah di uninus
"oh.." jawabku
aku hanya bisa meng "oh kan saja
hening kembali.. jangan tanya.. jangan tanya..-kataku dalam hati
"punya berapa sepupu?"
"ha' apa pak?" (pura-pura budeg,- seengaknya terkesan tidak terlalu fokus sama obrolan bapak itu)
"adik, kakak?"
"oh.. klo adik 2, satu kakak"
"oh jadi sama neng jadi ber 4?"
"iya"
" punya 4 orang anak di jaman sekarang bukan sesuatu yang mudah tanggungan hidupnya. harus selalu ingat ke orang tua, klo bisa harus bisa mengembalikan uang sekolah ketika SD, SMP..
(wew si bapa curhat, tentang perasaan para ortu. tapi setidaknya kata-kata bapa itu representatif dari perasaan orang tua. orang tua saya saja gak pernah mengeluh didepan kami (anak-anaknya) gimana susahnya membesarkan kami ber 4. pernyataan bapa tersebut menjadikan saya sadar perasaan orang tua dirumah. teringat klo dirumah saya masih suka ngeluh- ngeluh sama orang tua, minta ini minta itu)
perjalanan sudah hampir setengahnya. Hah kapan saya tidur klo gitu..bapa itu kemudian kembali membuka percakapan kembali.
"jaman sekarang mah, harus pandai- pandai bergaul, apa lagi perempuan. neng kelahiran tahun berapa?'
"tahun 88"
"yah kelahiran tahun segitu masih panjang perjalanannya. mulai dari sekarang perbanyak pergaulan yang positif, datang kepengajian (kok bapak tahu klo saya jarang ke pengajian). mulai berpikiran tua, segala seuatu dipikirkan matang-matang, dicerna dulu.. (wuah.. apa maksud bapa saya harus berpikiran dewasa? emang saya masih kelihatan sepeti bocah ya pak? hehe). jaman sekarang banyak laki-laki yang tidak bertanggung jawab"
Statement bapak tersebut seolah membuka kartu. coba bandingkan jika pernyataan kata- kata jaman sekarang banyak laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu keluar dari pernyataan seorang perempuan. Mungkin saja yang dimaksud perempuan itu adalah karena teman-teman lelaki yang dikenalnya sebagian besar seperti itu. beda hal nya jika statement itu keuar dari kaum lelaki sendiri, hal itu menjadi berkesan sebuah pernyataan membuka kartu tentang bagaimana keadaan kaumnya itu sebernarny,dan itu berarti ke validannya susah terbukti benar.pokoknya pernyataan itu menjadi sesuatu banget lah..(baik pak pesan bapak yang satu ini dengan senang hati akan saya ingat baik-baik :p)
ingin rasanya balik bertanya walau sekedar basa- basi dan menjaga kesopanan misalnya, bapak mau kemana? bapak punya berapa anak? tapi rasa takut terhadap orang asing mewajibkan saya agar selalu waspada.
tanpa sempat saya memutuskan apakah saya harus bertanya apa tidak. bapak itu kembali memulai percakapan.
" pesan bapa mah, jangan tinggalin solat yang 5 waktu, tahajud, sama sering-sering pusa senin kamis, insyaAllah klo ada kesulitan pasti dimudahkan"
usai ucapan terakhir itu, elf pun sampai dikawasan buah batu..keheningan dalam elf kini mulai merayap hingga tiba waktunya saya harus turun.
"mari pak duluan" (mau tidak mau saya harus mengucapkannya demi kesopanan dalam bersosialisasi)
"oh iya silahkan"
kami pun berpisah.
Jadi merasa bersalah kepada bapak itu karena selama perjalanan tadi saya mencurigainya. Tapi apa boleh buat terhadap orang asing memang wajib diwaspadai..hehe. dan walaupun saya tidak secara lisan mengucapkannya, tapi saya di dalam hati saya berterimakasih atas petuah bapak, semoga bapak tersebut selamat sampai di tujuan.,
No comments:
Post a Comment